Minggu, 30 Desember 2012

Puasa Mengempati Jiwa kita


Puasa Mengempati Jiwa kita
Oleh : Sukirno

Alkisah di sebuah desa ada seseorang yang amat kikir bin pelit. Padahal dia kaya raya. Kekikirannya sudah terkenal oleh seluruh warga dan yang paling dihapal oleh tetangga kanan kiri adalah lambaian tangan daaaaaa…….jika ada pengemis yang meminta sedekah. Berbagai macam alasan yang ia buat, tidak punya uang, ibunya tidak ada, makanan sudah habis, dll.
Namun ada yang aneh ketika memasuki bulan ramadhan. Ketika ada seorang pengemis yang meminta sedekah orang kaya tersebut dengan ramah malah mengajak masuk. Lama pengemis itu di rumah yang megah, para tetangga mengira-ira apa yang akan di bawa pengemis itu. Dan merekapun memaklumi bahwa bulan puasa adalah bulan amal kebaikan sehingga orang kaya tersebut juga ingin mendapat pahala yang banyak.
Dan ketika pengemis itu keluar rumah, Dia dicegat dan ditanya.
“ Bang kok lama amat, dikasih apa sih?”
Eh pengemis itu malah marah-marah sambil bersungut.
“ Di kasih apa! Cuma ditanya kiat menahan lapar kok!”
Para tetangga tersenyum kecut.
Merasakan penderitaan orang lain adalah Empati, persis apa yang dialami orang kaya tersebut ketika memasuki bulan ramadhan. Rasa lapar! Yang biasa dialami oleh orang miskin. Sayang, Empati yang dia bawa bukan ke arah kebaikan justru menyakitkan bahkan menjengkelkan.
            Tidak seperti kejadian di Boston (AS). Seorang seorang pemuda sudah siap untuk menodong seorang kakek yang berjalan di lorong yang sepi, pisau lipat sudah di keluarkan, tinggal mengancam dan menempelkan pisau di pinggang kakek. Tiba-tiba terlintas di pikirannya andai yang ia todong adalah dirinya sendiri ketika sudah tua, apa yang akan ia lakukan. Pasti menangis, sedih, meratapi kejadian bahkan mungkin meraung-meraung menangis seperti anak kecil di tanah. Akhirnya dia sadar bahkan akhirnya masuk islam.Ia mendapat hidayah. Jadi jangan heran di sana ada masjid bernama GANGSTER MOSQUE “ Sebuah masjid tempat beribadah kumpulan para bandit, penjahat yang sadar dan mendalami islam.
            Dalam ilmu sufi, ikut merasakan dan menghadirkan penderitaan orang lain disebut khuduri dalam bahasa keren Making Present. Berbicara sulfi maka kita pasti ingat dengan Rabiah Addawiyah. Tokoh Sufi yang membutakan dirinya karena cintanya kepada Alloh. Doanya sangat bagus dan amat puitis dan ini adalah salah satunya. 
“ Ya Alloh, jika aku beribadah kepadaMu hanya untuk menghindari NerakaMu, maka jerumuskanlah aku sedalam-dalamNYA. Dan jika aku beribadah kepadaMu, hanya untuk mengharap SurgaMu maka jauhkanlah aku Sejauh-jauhNYA. Namun jika aku beribadah kepadaMu hanya karena Cintaku kepadaMu maka janganlah Engkau tolak kedatanganku.”
Namun bagaimanapun Rasullulohlah  yang pertama menerapkan  ilmu khuduri. Ketika seorang pemuda mendekati Rosul dan meminta ijin untuk berzinah maka di rangkullah pemuda tersebut, biarpun Umar bin Khatab sudah marah-marah dan          menghunuskan pedangnya. Di tanyalah pemuda tersebut.
            “ Baiklah, tapi bagaimana jika yang di zinahi itu adik perempuanmu?”
            “ aku akan pancung pemuda yamg menzinahi!”. Jawab pemuda tersebut.
            “ jika menimpa bibimu?”
            “Akan aku bakar hidup-hidup!”
            “ jika menimpa kakak perempuanmu?”
            “Akan aku kubur hidup-hidup!”
Semua kerabat perempuan di sebutkan satu persatu oleh Rosul dan jawabannya pemuda itu penuh kemarahan, dan bermacam-macam dipancung, dikubur, di bakar, dan di bunuh.
            “Sama, orang lain pun tidak ingi adiknya, ibunya, bibinya, kakaknya di zinaih oleh kamu!”jawab Rosululloh.
Kemudian hal yang paling di benci oleh pemuda tersebut adalah berzinah.
            “Marhaban Ya Ramadhan. Selamat Berpuasa semoga ketika kita merasa lapar selama sebulan kita menjadi ingat yang kelaparan setiap hari sehingga kita semakin meningkatkan amal sodaqoh di sekitar kita. Aamiiin.


Sukirno
Guru SDN 2 Sirau
UPTD Karangmoncol Kab: Purbalingga

Tidak ada komentar:

Posting Komentar